Sabtu, 07 November 2015




Puisi : KU INGIN BERCERITA
Thoby Yeverson A Ora

Entah apa yang kurasakan sekarang,
Ketika rindu telah menjadi  abu,
Dan terang  menjadi arang
Pekat…
Ya pekat dan berdebu,
Ingin sekali kukembali dalam rahim ibu.
Tak ada satupun yang bisa kupercayai bu

Aku selalu gelisah  ketika mendengarkan suatu kisah,
Mengapa kisah tidak bisa kudapatkan secara utuh?




Puisi : IRAMA KAUM PERINDU
THOBI YEVERSON A ORA

Kata Pemazmur, cinta adalah segerombolan petaka yang berjuang mencari tuannya.
Kata Pendosa, cinta adalah petuah-petuah nabi yang belum dikitabkan
Layaknya pemazmur yang rindu berdosa, dan
Pendosa yang rindu bermazmur
Begitulah kau menangisi rindu tujuh kali dalam sehari

Kusarankan,
Kau membaca puisi, agar tidak melulu bertekuk lutut pada sedu syahdu

Jumat, 06 November 2015



PUISI : ANAK KOLONG JEMBATAN
THOBI YEVERSON A ORA

Senja melingkari sudut ibukota
Lima bocah duduk di bawah teduhnya beton jalan
Sekedar mengusir lelah
Sekedar mencabut payah

Mereka membakar kretek yang terselip pada telinga
Kretek dihisap,  cerita dimulai
Bercerita layaknya pahlawan,
Bercerita layaknya orangtua

Cerita tak jauh dari tindak dosa yang mereka lakoni
Mereka bangga akan dosa
Dosa untuk menyambung hidup
Tidak membuat dosa, berarti tidak makan hari ini
Karena Kebaikan dan agama tidak  akan membuat mereka kenyang

Selasa, 13 Oktober 2015




Image result for bocah berlatih silat
BERLATIH SILAT
THOBI YEVERSON A ORA

Sekumpulan bocah sedang berlatih silat,
Gemulai tangan kecil terlihat anggun menari, kaki pun  mulai mengikuti.
Berlatih silat tak ubahnya menari,
Gemulai dan keperkasaan menjadi satu rongga.

Sedang asiknya berlatih,
Seorang bocah dengan pakaian kusam hanya berdiri dengan mulut manyun-manyun.
“Mengapa kau hanya berdiri dan tidak berlatih nak?” tanya senior
“Saya sedang berlatih ka !” tegas sang bocah
“Apa yang kau latih ?” senior terheran
“Lidahku ka! Agar aku lihai mendustai nasib.”

Tanjung Priok, 12 September 2015

Sabtu, 03 Oktober 2015


BOCAH PENJAJA REVOLUSI
THOBI YEVERSON A  ORA

Gerimis pagi hari membuat ku malas pergi kepasar,
Dengan langkah gontai kupaksa beranjak dari ranjang tua yang membuatku semakin menua,
Hari ini gerimisnya romantis,
Karena dihujani aksara-aksara jinak dari rezeki pujangga yang tamak,

Disudut pasar yang senyap,
Kulihat bocah kecil sedang menggelar dagangannya tanpa memakai  payung.
Kudatangi bocah yang basah kuyup menggigil tersebut.
“Apa yang Kau jual nak?” tanyaku dengan penasaran
“Saya menjual revolusi om.” Jawabnya dengan manis
“Aku beli satu deh revolusinya.”
“Yang kanan atau yang kiri om? Kalau yang kiri sudah habis di borong pemuda-pemuda sombong sok keren itu om.  Kalau yang kanan masih banyak.”
“Buat apa kau jual yang kanan nak? Kita hidup bukan dari kasih sayang penguasa, Kita hanya jadi mesin pencetak uang.  Kalau yang setengah kanan dan kiri ada gak nak?”
“Tidak jual om. Karena (demokrasi) selalu dikebiri.”

Tanjung Priok, 21 September  2015

Kamis, 05 Februari 2015


Yang kuhadirkan kepadamu hari ini, hanya sekumpulan kalimat acak....
Semoga kau menikmati....

Jangan Galau Hari Ini
Judas Yudhistira

Keluh kesahmu meyatukan dua dunia, duniamu dan duniaku. Ibarat terdapat benang merah yang menyatukan semua tangisanmu dan perhatianku.

Dalam hidupmu selalu terdapat gemuruh kegundahan yang melahirkan segala keputusasaan, namun keputusasaanmu mewarnai hariku dari hidup yang kian membosankan. Diam dan mendengarkan adalah salah satu senjata ampuh agar kau menyerahkan semua kegelisahanmu dari tidak asyiknya dunia. Kau selalu berfikir, Mengapa cobaan hari ini lebih banyak dari kemarin,? Apakah cobaan selalu datang tiap jam dengan selalu menambahkan tiap porsinya? Bagaimana cara menemukan solusi dari setiap porsi masalah? Mengapa ini? Bagaimana itu? Lalu apa? Terlalu banyak tanda tanya yang kau lontarkan kepadaku. Aku masih diam dan mendengarkan.

Jumat, 03 Oktober 2014



Puisi : Sepinggan Rindu
Judas Yudhistira

Entah apa yang harus dilakukan
Jika rindu  naik ke permukaan
Hati bertanya, logika menyerukan
Bagaimana rasa ini dapat disajikan?

Rindu  bentuk permasalahan sosial manusia,
Dimana gelisah menjadi gejala utamanya
Kesabaran merupakan hal yang paling diuji
Sejenak menunggu hal yang tidak patut dipuji

Seseorang bertanya kepada yang lain,
Apakah ada obat penawar rindu?
Seseorang yang berada di seberang pun menjawab,
Bertemu adalah obat yang paling ampuh

Aku melihat kedalam diriku,
Bertanya-tanya seakan tak tahu,
Dan menjawab seakan sok tahu

Sesungguhnya tak ada penawar rindu,
Karena rindu ada bukan untuk di tawar,
Rindu ada bukan pula untuk di minta,
Tapi rindu ada untuk dipuaskan.